Mari
kita meriviu dan berdiskusi tentang
Alkitab yang saya ambil dari Kitab Suci Katolik, yaitu “Alkitab
Deuterokanonika”.
Pertama-tama,
mungkin saudara-saudari sekalian penasaran dengan sifat saya yang anda ketahui selama ini bahwa saya bukan tipe
orang yang membaca Alkitab, apalagi membahasnya secara terbuka. Saya ingin
menceritakan sekilas, sejarah bagaimana saya mengenal Alkitab dan mengapa saya
ingin membukanya kembali.
Semenjak
kecil, saya sudah terbiasakan oleh Ibu saya untuk membaca Alkitab dan berdoa
setiap malam bersama keluarga. Hal ini masih saya jalankan hingga sekarang,
namun tidak seintensif ketika saya masih kecil karena kesibukan duniawi saya.
Ketika saya kecil, jarang terlintas dalam benak saya untuk mempertanyakan
kejadian-kejadian dalam Alkitab. Namun, seiring bertambah usia, saya mulai
bertanya mengenai keberadaan saya, Allah, dan semesta ini.
Tepatnya
ketika saya menginjak bangku kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN),
saya mendapat pelajaran agama Katolik. Bapak Yitno adalah pengajar yang luar
biasa! Hal pertama yang beliau tanyakan adalah, ”Mengapa saudara-saudari
menganut agama Katolik?” Saya sempat meragukan beliau karena ajarannya yang
begitu ekstrim dan menusuk! Saya sempat mempertanyakan ke-Katolikan Pak Yitno
dan kapabilitas beliau tentang Katolik karena pertanyaan beliau yang begitu
kental akan filsafat. Seiring waktu, saya berpikir dan berpikir, dan pikiran
saya mulai terbuka bahwa ajaran beliau selama ini adalah pertanyaan-pertanyaan
sederhana, namun sangat kompleks. Sejak saat itu, saya tertarik akan variasi
agama yang tercipta di dunia ini? Mengapa saya menganut Katolik? Apakah Anda yakin
bahwa ajaran Anda selama ini adalah benar? Apa yang dimaksud dengan “Benar”?
dst.
Kesibukan
kuliah, olahraga, dan bermain, sekilas membuat pudar akan pertanyaan-pertanyaan
diatas tersebut. Pertanyaan yang begitu sederhana, namun belum saya temukan
jawabannya secara utuh.
Suatu
sore, ketika saya sedang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan
(BPKP), saya mendapat pesan dari Limas Agung, teman saya yang berada di Palu.
Limas adalah seorang penganut agama Buddha, dan terlahir dari keluarga Buddhis.
Ia mengatakan bahwa neneknya meninggal, dan berada di Rumah Duka Gatot Subroto.
Saya lalu merencanakan untuk memberi penghormatan terakhir kepada nenek Limas,
bersama teman-teman saya, pada malam itu juga. Saya bertemu dengan keluarga
Limas dan berbincang-bincang sembari memakan kacang dan kue yang disajikan oleh
ayah Limas. Ayah Limas dikenal oleh teman-teman saya sebagai penganut aliran
Buddha yang kental. Kami dengan santai bertukar pendapat dan mendengar beliau
bercerita mulai dari meninggalnya nenek Limas hingga ajaran Buddha. Singkat
cerita, obrolan kami ditutup dengan sebuah tugas. Saya mendengar cerita beliau
mengenai ajaran Buddha dan bagaimana beliau dengan arogan dan penuh keyakinan
menyinggung dan memojokkan ajaran Kristen. Saya tidak membela pihak manapun,
karena pendapat setiap manusia tentang kebenaran bisa saja berbeda, dan hal itu
saya anggap sangat wajar. Banyak hal yang saya pro dan kontra tentang ajaran Buddha (yang disampaikan oleh
ayah Limas). Namun ada satu hal yang saya tidak dapat tolerir. Beliau berkata
dengan penuh percaya diri ,”Allah yang anda yakini sebagai Tuhan dan Sang
pencipta, menciptakan kegelapan!” Beliau bahkan mempertanyakan ke-Katolikan
saya akan pemahaman Alkitab, karena beliau yakin, hal itu tertulis di dalam Akitab,
bahkan beliau mengatakan bahwa hal tersebut ditulis pada bagian awal Alkitab.
Ketika saya mendengar hal itu, saya diam. Saya merenung. Saya mengingat-ingat
kembali akan ayat di Perjanjian Lama, tepatnya di Kitab Kejadian. Saya berusaha
dengan halus mengatakan bahwa menurut sepengetahuan saya, hal itu tidak benar.
Namun beliau, bak seorang guru menugaskan saya untuk membaca ulang Alkitab!
Beliau begitu yakin, begitu percaya diri, bahwa Allah menciptakan segala
sesuatu, bahkan kegelapan itu sendiri. Pada saat itu, saya tidak membawa
Alkitab dan HP saya tidak mempunyai aplikasi Alkitab, sehingga saya tidak dapat
membuktikan bahwa hal itu adalah salah pada saat itu.
Setiba
saya dirumah, rasa penasaran saya memuncak begitu dasyat! Saya yakin bahwa hal
itu tidak tertulis di Alkitab, namun saya ragu. Saya setiap tahun mendengar
ayat-ayat dari Kitab Kejadian pada Malam Paskah, namun saya ragu. Saya lalu
membuka Alkitab yang sekian lama saya tidak membukanya, dan mencari akan apa
yang saya anggap sebagai kebenaran. Saya tidak sedang membandingkan kebenaran
antara Buddha dan Katolik, namun apabila seseorang dengan arogannya memfitnah
ajaran pihak lain, maka hal itu sangat tidak dewasa, naïf, dan memalukan.
Dalam
tulisan ini, saya tidak ingin menjelek-jelekkan pihak manapun, namun saya ingin
berterima kasih, karena beliau-beliau diatas, saya mendapat motivasi untuk
membuka dan membaca Alkitab. Rasa penasaran dan keingintahuan saya tidak
berhenti sampai disini, justru perjalanan saya baru dimulai. Banyak ayat-ayat
dalam Alkitab yang saya pertanyakan dan aliran Katolik yang begitu kental.
Banyak hal yang saya ingin mendiskusikan dengan saudara sekalian. Saya sangat
berterima kasih kepada Anda yang telah membaca blog saya sampai selesai dan
meninggalkan komentar dan kritik anda.