Mencari yang Sempurna
Seorang pemuda yang hidup di Perth telah sampai usia saat merasa harus mencari pasangan hidup. Jadi ia mencari-cari gadis sempurna di seluruh negeri untuk dinikahi. Setelah berhari-hari, berminggu-minggu mencari, ia bertemu dengan gadis yang sangat cantik – jenis gadis yang bisa menghiasi sampul majalah perempuan bahkan tanpa make-up atau kosmetik.
Namun, meski dia kelihatan sempurna, pemuda itu tak bisa menikahinya. Sebab . . . gadis itu tidak bisa masak! Jadi pemuda itu pun pergi. Gadis itu tak cukup sempurna baginya.
Lalu ia mencari lagi, selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, dan akhirnya ia menemukan gadis yang lebih cantik lagi, dan kali ini masakan gadis itu luar biasa lezat - lebih baik dari yang bisa Anda dapatkan di restoran terbaik di Australia, bahkan lebih baik dari yang bisa Anda dapatkan dari restoran keluarga. Gadis ini bahkan menjalankan usaha restorannya sendiri!
Namun pemuda ini tak bisa menikahinya pula. Sebab . . . kekurangan gadis itu adalah. . . dia bodoh. Dia tak bisa menjalin percakapan sama sekali, sama sekali tidak cerdas. Dia belum menamatkan pendidikan, segala yang ia tahu Cuma memasak! Jadi pemuda itu pun pergi. Gadis ini tak cukup sempurna baginya.
Maka ia mencari selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga akhirnya menemukan gadis yang satu ini! Ia begitu cantik, masakannya melebihi restoran bintang lima, bahkan ia punya tiga restoran sendiri: ala Thai, ala Jepang, dan ala Itali. Dan ia begitu cerdas, ia punya dua gelar doctor, pengetahuannya begitu luas, bisa menjalin percakapan begitu hebat, begitu baik, begitu welas asih. Ia sempurna!
Tapi, pemuda kita ini tak bisa menikahinya. Sebab. . . gadis ini mencari pria yang sempurna!
Brahm, Ajahn., Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2, Awareness Publication, Jakarta, 2011.